Dokumentasi Banjir Desa Sidorejo Tahun 2019



www.siderejopamotan.desa.id - Tepatnya Selasa malam (19/3/2019) bencana banjir melanda desa Sidorejo kecamatan Pamotan kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sore itu mulai pukul 16.00 wib air sungai desa Sidorejo meluap setelah kawasan Pamotan dan sekitar lama diguyur hujan.

Sungai desa yang merupakan bagian dari DAS (Daerah Aliran Sungai) Pamotan ini, saat itu tidak mampu menampung derasnya aliran air dari hulu. Hal ini ditambah kondisi sungai desa yang mengalami pendangkalan di bahu kanan kiri sungai, sehingga luapan air sungai desa itu terpaksa harus mengarah ke selatan pemukiman melalui alur jalan desa.

Beberapa rumah yang dekat dengan bantaran sungai desa kebanjiran, hingga pengungsian pun dilakukan. Sore itu hingga paruh malam, jalanan desa tertutup luapan air sungai.

spacer

Meriahnya Lomba Tarik Tambang


www.sidorejopamotan.desa.id - Lomba tujuhbelasan yang tidak kalah ramainya tiap kali digelar adalah tarik tambang. Terlebih perlombaan itu melibatkan kelompok perempuan, dijamin tidak pernah sepi dari penonton. Dengan teknik seadanya, seutas tali panjang itu telah menarik para penonton. Iringan sorak sorai di lapangan kala itu, menjadi daya tarik tersendiri. Tentunya tidak hanya berburu kemenangan. Melalui lomba tarik tambang, jenis perlombaan klasik ini telah merajut kekompakan berbuah kerukunan.

Foto tersebut adalah kiriman dari warga Sidorejo yang dikirim ke admin website sidorejopamotan.desa.id. Foto tersebut adalah dokumen lomba tujuhbelasan tahun 2017 kala itu. Tampak dalam foto tersebut, terdapat dua kelompok perempuan beranggotakan tiga orang, saling beradu fisik dalam lomba tarik tambang.

Dengan berbekal semangat empatlima, tiap-tiap kelompok saling mencari posisi kuda-kuda terkuat. Tiap-tiap kelompok yang beranggotakan tiga orang tersebut, masing-masing perperan dan bersinergi memenangkan lomba. Mereka yang berposisi paling depan, berperan pengunci. Posisi kedua berperan pemicu tarikan tali tambang lawan. Dan posisi paling belakang berperan penentu dan pemaksa agar kelompok lawan dapat ditundukkan. Karena tiap-tiap kelompok saling berperan sama, maka tarikan maju mundur sesekali bergantian.

Jenis perlombaan yang dipentaskan pada event tujuhbelasan ini ternyata tidak semata-mata mencari kemenangan. Kalah menang soal belakangan, yang penting mereka menarik tali tambang dengan irangan tawa dan sorak sorai dari penonton. Bahkan kedua kelompok yang saling berkompetisi itu, kerab tertawa tersanggal-senggal ketika dirinya dan lawannya jatuh karena hentakan seutas tali tambang.

Cukup meriah jenis perlombaan yang satu ini. Mereka saling berburu kemenangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan tontonan yang menghibur di saat perayaan kemerdekaan.


spacer

Jumlah Penduduk Desa Sidorejo Tahun 2019 Berdasaran Jenis Pekerjaan

www.sidorejopamotan.desa.id - Berikut ini merupakan informasi kependudukan desa Sidorejo kecamatan Pamotan kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. Informasi kependudukan ditampilkan dalam bentuk visual pdf.


spacer

Program Jurnalisme Warga Desa Sidorejo Jumput Pamotan


www.sidorejopamotan.desa.id - Betapa pentingnya mengetahui sejarah desa. Karena dengan informasi masa lalu, sebuah desa akan memiliki akar kuat. Cerita tempo dulu, kisah tokoh, kejadian masa lalu, bukti-bukti peristiwa, hingga berbagai yang pernah terjadi hingga sekarang, adalah menjadi penting. Karena dengan informasi tersebut, warga desa akan mengerti tentang berbagai pesan sosial dan pesan lingkungan akan bagaimana menjaga harmoni dan kerukunan di kemudian.

Berangkat dari kesadaran itulah, Pemerintah Desa Sidorejo membuat program jurnalisme warga desa. Program ini bertujuan untuk menyusun sejarah desa sidorejo. Teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan warga desa secara aktif untuk memberi dan menyampaikan informasi masa lalu. Melalui teknik tersebut, diharapkan akan mendapatkan sejarah desa versi warga, bukan versi orang luar.

Teknik Pengumpulan Data 

Dalam mengumpulkan data sejarah desa Sidorejo, teknik yang digunakan adalah dengan media bantu media sosial WhatsApp atau sejenisnya. Misalnya, warga desa memiliki foto kegiatan desa tempo dulu, maka warga dapat mengirim foto tersebut ke pihak pemerintah desa Sidorejo, dalam hal ini adalah ke Sekretaris Desa Sidorejo, Mbak Nur Hidayah. Setelah data masuk, Mbak Nur Hidayah akan melindaklanjuti dengan cara menanyakan peristiwanya apa, waktu berlangsungnya, hingga apa dan siapa saja yang di dalam foto tersebut.

Tindak Lanjut Data 

Berbagai foto dan informasi yang masuk ke Sekretaris Desa Sidorejo, akan segera ditindaklanjuti dengan cara menyerahkan data ke Perpustakaan Desa Sidorejo. Data yang telah terkumpul segera di olah oleh Tim olah data sejarah desa yang ada di Perpustakaan Desa Sideorejo.

Olah Data Sejarah 

Tim olah data sejarah desa adalah para pemuda desa Sidorejo, pelajar, santri, akademisi, tokoh desa, dan relawan komunitas nirlaba. Tim inilah yang akan mengolah data dengan sedemikian rupa, hingga menjadi deksripsi naratif dan informatif. Langkah kroscek dan verifikasi data akan dilakukan secara ketat dalam rangka usaha mendapatkan informasi sejarah yang bermanfaat untuk desa.

Bentuk Produk 

Adapun bentuk produk dari pengumpulan cerita tempo dulu, kisah tokoh, kejadian masa lalu, bukti-bukti peristiwa, hingga berbagai hal yang pernah terjadi hingga sekarang adalah dalam bentuk "Liputan Sejarah Desa" yang diposting di website desa dan dipublikasikan melalui media sosial desa setempat. Dengan dipublikasikannya liputan sejarah desa tersebut, diharapkan terjadi proses konfirmasi tentang isi. Dengan demikian, warga desa akan mendapatkan informasi sejarah desa yang baik.

Rencana Tindak Lanjut 

Liputan Sejarah Desa yang telah diposting di website dengan melalui proses verifikasi dan konfirmasi, rencana selanjutnya adalah cetak produk. Sebagai produk jurnalistik warga, proses cetak (print dan jilid) akan dilakukan sepenuhnya oleh pihak Perpustakaan Desa Sidorejo. Adapun hasil dari cetak tersebut, sepenuhnya akan diserahkan kepada Pemerintah Desa Sidorejo, dan kepada masyarakat luas untuk dijadikan sebagai bahan kajian selanjutnya, misalnya untuk jadikan bahan kajian pembangunan desa dan kajian akademik di tingkat sekolah hingga perguruan tinggi.

Catatan Tambahan:
Ditujukan kepada Warga Desa Sidorejo untuk dapat berpartisipasi dalam Program Jurnalisme Warga Desa Sidorejo Jumpat Pamotan ini. Untuk lebih jelasnya, silahkan hubungi kontak parson kami, Nur Hidayah (+62 812-2543-9964).

spacer

Meriahnya Lomba Panjat Pinang Hingga Balap Karung

www.sidorejopamotan.desa.id - Lomba apa yang paling meriah di saat Agustusan? Jawabnya adalah panjat pinang dan balab karung. Entah apa alasannya, yang jelas kalau dua jenis lomba ini ada, dijamin ramai itu desa.

Berikut ini adalah foto kegiatan lomba panjat pinang dan lomba balap karung yang diselenggarakan desa Sidorejo tahun 2017 pada event tujuhbelasan desa.

Keterangan: Dua pemuda sedang mengolah taktiknya untuk memenangkan lomba panjat pinang desa Sidorejo tahun 2017 (Sumber: Foto dari Makrufin, warga desa Sidorejo)

Keterangan: Inilah salah satu jenis lomba paling ramai, tidak lain adalah balap karung. Tampak anak-anak desa Sidorejo sedang persiapan mengambil karung lebih awal agar memenangkan balapnya (Sumber: Foto dari Makrufin, warga desa Sidorejo) 

Keterangan: Anak-anak desa Sidorejo sedang sekuat tenaga menjaga keseimbangan dengan melompatkan kakinya yang dibalut karung. Dengan iringan sorak sorai, mereka melesat kencang. Beberapa dari mereka harus rela jatuh bangun untuk memenangkan lomba balap karung tahun 2017 kemarin (Sumber: Foto dari Makrupin, warga desa Sidorejo)

spacer

Foto Anak-anak TK ROUDHOTUL ATFHAL di Era 90an

www.sidorejopamotan.desa.id - Siapapun orangnya, semuanya pasti terkenang saat-saat masa sekolahnya, apalagi masa sekolah TK. Disaat saat itulah, kita sebenarnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang penuh dari guru-guru TK kita. Kita diajarin bernyanyi, bermain, baca-bacaan doa, dan lain sebagainya. Dan pada saat itu pula, pertama kali kita belajar tentang kesetiakawanan antar teman. Entah kenangan apa yang masih kalian simpan, yang jelas pada saat itu, kita selalu mendapatkan kasih dari ibu guru kita.

Berikut ini adalah foto warga desa Sidorejo tahun 90an yang sedang sekolah di TK ROUDHOTUL ATFHAL Desa Sidorejo. Entah siapa saja yang ada di dalam foto ini. Yang jelas, dengan melihat foto ini, seolah-olah ini baru saja terjadi kemarin. Tak terasa, sekarang yang ada di foto ini, sudah menjadi orang tua.

Keterangan: Suasana anak-anak desa Sidorejo saat belajar di taman kanak-kanak tempo dulu (Sumber: Foto dari Makrufin, warga desa Sidorejo). 

spacer

Gotong Royong Desa Tempo Dulu

www.sidorejopamotan.desa.id - Gotong royong merupakan modal sosial tempo dulu yang dimiliki masyarakat desa Sidorejo. Mereka saling bahu membahu saat musim tanam tiba. Mereka para petani desa Sidorejo secara partisipatif saling membantu satu sama yang lainnya. Dengan gotong royong inilah, pekerjaan tani lebih cepat terselesaikan. Kegiatan gotong royong tani dapat dilihat pada foto tempo dulu berikut ini.

Keterangan: Kegiatan menggarap lahan tani yang dilakukan secara gotong royong (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)

spacer

Partisipasi Perempuan Desa Sidorejo Tempo Dulu

www.siderojopamotan.desa.id - Sejak dahulu partisipasi perempuan di tingkat desa Sidorejo telah aktif terbentuk. Hal ini dapat dilihat pada dokumen kegiatan desa tempo dulu, tertera tahun 1986/1987. Laki-laki dan perempuan Sidorejo secara aktif melakukan partisipasi dalam kegiatan desa. Bahkan tidak hanya itu, warga desa Sidorejo pernah memiliki pemimpin desa Perempuan. Untuk lebih detailnya, berikut ini adalah dokumen partisipasi perempuan desa Sidorejo.

Keterangan: Tokoh Perempuan dan warga desa Sidorejo tampak aktif mengikuti kegiatan desa (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)
Keterangan: Perempuan desa Sidorejo tampak aktif dalam mengikuti kegiatan desa (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)



Keterangan: Para pemudi desa Sidorejo tampak aktif dalam melaksanakan kegiatan lomba gerak jalan yang diselenggarakan pemerintahan desa tempo dulu (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)

Keterangan: Perempuan desa Sidorejo sedang menerima penghargaan dan apresiasi lomba desa (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)

spacer

Suasana Kantor Desa Sidorejo Tempo Dulu

www.sidorejopamotan.desa.id - Berikut ini merupakan suasana kantor Pemerintahan Desa Sidorejo tempo dulu. Suasana dan juga kegiatan di kantor pemerintahan desa tempo dulu ini bersumber dari foto album desa tahun 1986 hingga 1987. Untuk detailnya, dapat dilihat pada dokumen foto berikut ini.

Keterangan: Suasana gedung Pemerintah Desa Sidorejo pada tahun 1986 (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)
Keterangan: Kepala Desa Sidorejo tahun 1986 (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)
Keterangan: Kegiatan visitasi desa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang pada tahun 1986 (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)
Keterangan: Prosesi pemberian penghargaan dinamika desa Sidorejo pada tahun 1986 (Sumber: Dokumen Album Photo Proyek Bantuan Pembangunan Desa Tahun 1986/1987)

spacer

Perpustakaan Desa Sidorejo Pamotan Rembang Jawa Tengah


www.sidorejopamotan.desa.id - Perpustakaan Desa Sidorejo merupakan taman baca yang dimiliki oleh masyarakat desa Sidorejo kecamatan Pamotan kabupaten Rembang provinsi Jawa Tengah.

Sejarah Berdirinya 

Perpustakaan desa Sidorejo berdiri pada tahun 2016 dengan dana yang bersumber dari Anggaran Dana Desa. Masyarakat desa Sidorejo sejak dahulu dikenal memiliki tingkat literasi yang cukup tinggi. Jauh sebelum berdirinya perpustakaan ini, desa Sidorejo telah memiliki dua taman baca yang dikelola oleh pegiat baca setempat. Pertama adalah taman baca yang didirikan oleh salah satu tokoh masyarakat setempat. Kedua, taman baca yang dikelola langsung oleh pihak pondok pesantren di desa tersebut.

Setiap kali lomba perpustakaan yang diselenggaran pemerintah kabupaten Rembang, desa Sidorejo selalu mendapatkan juara. Prestasi perlombaan di bidang perpustakaan tersebut karena di dukung oleh semangat baca yang memang benar-benar telah mengakar di masyarakat Sidorejo.

Minat baca yang cukup mengakar pada masyarakat tersebut juga karena didukung keberadaan lembaga pendidikan di tingkat desa. Tercatat terdapat Pondok Pesantren, Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP), Paud dan TK, dan tokoh-tokoh masyarakat terdidik, saling bersinergi membentuk budaya baca yang kuat.

Dokumen tempo dulu juga menunjukkan partisipasi warga desa Sidorejo cukup tinggi. Dengan tingginya partisipasi warga setiap kegiatan desa berlangsung, juga telah mendorong terwujudnya minat saling belajar bersama, termasuk dalam hal ber-literasi saat itu.

baca juga: Partisipasi Perempuan Sidorejo Tempo Dulu 

Berdasar dari kondisi masyarakat yang memiliki minat baca tinggi  dan dukungan semangat literasi dari lembaga pendidikan yang ada, sejak tahun 2018, pemerintah desa Sidorejo berinisiatif membangun perpustakaan desa yang representatif. Melalui dukungan penuh dari pemerintah desa yang dipimpin oleh Mochammad Sungeb, selalu Kepala Desa, didirikanlah bangunan Perpustakaan Desa Sidorejo.

Lokasi Gedung 

Perpustakaan Desa Sidorejo terletak di tengah-tengah pusat desa. Lokasi yang cukup strategis karena keberaaannya dikelilingi pemukiman, lembaga pendidikan, pondok pesantren, masjid desa, musholla, dan kantor pemerintah desa. Lokasi gedung perpustakaan desa tersebut sebenarnya adalah eks-kantor desa Sidorejo setelah dipindah ke arah selatan. Di lokasi tersebutlah, dahulu terdapat ruang perpustakaan desa yang masih berukuran kecil. Sehingga keberadaan gedung perpustakaan desa saat ini memiliki tali hubungan dengan keberadaan pusat layanan desa tempo dulu. Dengan demikian, keberadaan perpustakaan desa cukup strategis baik dalam fasilitas layanan desa saat itu, dan sejarah literasi desa tempo dulu.

baca juga: Kantor Desa Sidorejo Tempo Dulu 

Untuk mencapai lokasi gedung Perpustakaan Desa, cukuplah mudah. Letaknya yang tepat di pinggir jalan raya desa, dan juga terhubung dengan jalan yang menghubungkan kawasan RT RW desa Sidorejo yang telah diaspal. Bagi para pengunjung perpustakaan desa dari luar desa, untuk mencapai lokasi perpustakaan ini juga cukup mudah. Karena lokasi gedung juga terhubung dengan jalan raya kota Pamotan dan Rembang.

Untuk pengunjung dari kota Rembang, perpustakaan desa Sidorejo juga dapat dijangkau dengan mudah karena lokasi perpustakaan telah ditandai dengan googlemap. Jarak dengan kota Rembang, Perpustakaan  desa dapat ditempuh menggunakan kendaraan kira-kira 22 menit dengan jarak 17,1 km. Jika dari kantor Pamotan, Perpustakaan Desa Sidorejo berjarak kurang lebih 2 km  dengan waktu tempuh 4 menit. Bagi yang ingin berkunjung ke perpustakaan ini, pengunjung cukup mudah dengan klik tautan link googlemap berikut maka pengunjung dengan mudah akan diarahkan dan diantarkan hingga ke lokasi. Berikut ini adalah lokasi penandaan googlemapnya.





Koleksi Buku 

Koleksi buku Perpustakaan Desa Sidorejo saat ini (Mei 2019) masih terbilang terbatas. Walaupun demikian, beberapa koleksi bukunya terbilang cukup. Beberapa koleksi buku yang tersedia diantaranya koleksi buku fiksi dan buku koleksi non fiksi. Adapun kategori buku yang ada di perpustakaan desa ini diataranya buku referensi, buku ilmu pengetahuan, dan buku cerita. Berikut ini adalah keadaan buku koleksi yang tertata rapi di rak buku dengan dilengkapi katalokisasi standar.

Keterangan: Koleksi buku perpustakaan desa Sidorejo yang tertata rapi di rak sesuai kategori keleksi (Sumber: Foto milik Exsan Ali Setyonugroho tahun 2019 dan juga telah dipublikasikan di googlemap Perpus desa Sidorejo)

Keterangan: Deretan rak buku dengan tampilan warna yang menarik di Perpustakaan Desa Sidorejo (Sumber: Foto milik Exsan Ali Setyonugroho tahun 2019 dan juga telah dipublikasikan di googlemap Perpus desa Sidorejo)

Keterangan: Koleksi buku beserta panggung baca ramah anak yang dimiliki desa Sidorejo (Sumber: Foto milik Exsan Ali Setyonugroho tahun 2019 dan juga telah dipublikasikan di googlemap Perpus desa Sidorejo)
Layanan Baca dan Pinjam

Hingga saat ini (Mei 2019), layanan baca Perpustakaan Desa Sidorejo dipegang oleh Pegiat Literasi Desa, alias relawan dari unsur pemuda desa. Waktu layanan baca disesuaikan dengan kondisi sosial desa, yaitu sore hingga malam hari, serta pada hari-hari libur. Pemilihan waktu layanan tersebut disesuikan dengan kondisi sosial masyarakat setempat. Pilihanan layanan di saat sore hari, karena sebagian besar masyarakatnya memiliki waktu senggang sore hari sebagaimana waktu senggang yang dimiliki masyarakat desa yang bermatapencaharian petani.

Selain layanan baca di tempat, para pegiat literasi desa juga melayani layanan pinjam buku. Para pengunjung dapat meminjam buku tertentu untuk dibawa baca di rumah dengan durasi waktu yang terbatas. Hal ini dikarenakan koleksi buku perpustakaan desa masih terbatas. Dengan syarat yang cukup longgar, para pengunjung dapat meminjam buku yang ada.

Kegiatan di Perpustakaan 

Mulai paruh tahun ini (2019) perputakaan desa Sidorejo secara terbuka dapat digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan lingkungan. Tidak hanya melulu digunakan untuk tempat membaca saja, Gedung Perpustakaan Desa Sidorejo juga dapat digunakan untuk kegiatan kepemudaan, diskusi, kegiatan RT, kegiatan pendidikan, kegiatan seni, keagaamaan, hingga kegiatan pelatihan. Dengan asas kebermanfaat dan partisipasi, gedung perpustakaan terbuka untuk umum. Untuk kedepannya, Gedung Perpustakaan secara terbuka juga akan digunakan sebagai pusat kegiatan kepemudaan.

baca juga: Gotong Royong Petani Desa Sidorejo

Keterangan: Kegiatan diskusi baru-baru ini di Perpustakaan Desa Sidorejo (Sumber: Foto milik Exsan Ali Setyonugroho, Mei 2019)

Keterangan: Pemuda desa Sidorejo sedang berkumpul di Perpustakaan Desa Sidorejo (Sumber: Foto milik Exsan Ali Setyonugroho, Mei 2019)

Menerima Donasi 

Dalam rangka meningkatkan layanan literasi dan kebermanfaat untuk masyarakat desa Sidorejo dan sekitar, Perpustakaan dengan terbuka menerima program donasi buku dan berbagai instrument dan pelengkap kegiatan keliterasian. Para Kelompok, Komunitas, Lembaga, dan Pegiat literasi dapat berpartisipasi dengan cara berdonasi dalam bentuk buku, pelengkap baca, hingga komputer. Melalui program donasi inilah, diharapkan koleksi buku perpustakaan desa semakin lengkap, sekaligus pihak perpustakaan dapat memberikan layanan dengan baik.

Bagi yang ingin berpartisipasi dalam donasi untuk perpustakaan desa, dapat langsung dibawah dan diserahkan ke gedung perpustakaan desa. Atau juga dapat dikirim kepada "Ketua Perpustakaan Desa Siderejo" dengan alamat "Desa Sidorejo, kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, provinsi Jawa Tengah, kode pos 59261,  Telpon +62 812-2543-9964 (a.n Nur Hidayah).

Public Relation Perpustakan Desa Sidorejo
Blog: https://sidorejopamotan.blogspot.com/
Fb: https://www.facebook.com/sidorejopamotan
Ig: https://www.instagram.com/sidorejopamotan/
Twitter: https://twitter.com/sidorejopamotan
wa: +62 812-2543-9964
spacer

Pembenihan Kacang Panjang Petani Siidorejo


www.sidorejo.desa.id - Dalam beberapa tahun ini Petani Rembang giat dalam mengembangkan beberapa benih. Seperti kacang panjang, pare, cabai, semangka dan masih banyak lagi. Salah satu Petani dari Desa Sidorejo Pamotan bernama Sueb yang sekaligus Kades mengaku terbantu dalam perolehan hasil budidaya yang ditekuni.


Dalam kurun waktu 4 bulan, hasil sudah dapat dirasakan. Tuturnya, dari benih kacang 3kg, mendapat panenan sebesar 650kg. Dalam 1 kg biji kacang kering dibeli perusahaan sebesar Rp. 35.000,-. Kalau dikalikan dengan perolehan hasil benih, nominal rupiah sebesar 22.750.000,- kotor. Karena belum dikurangi dengan biaya produksi pra hingga pasca panen.


Dari perolehan hasil budidaya serta kepastian harga, budidaya ini patut dikembangkan dan digemborkan, apalagi di tahun 2019 terjadi kontrak baru dengan harga Rp 45.000. Karena budidaya ini dipandang mampu menambah tingkat kesejahteraan Petani di Rembang.  Begitu tuturnya dengan lantang. 


Sueb - Petani Sidorejo - +62 812 2809 9878
spacer

Potensi Dukuh Glodok, Desa Sidorejo Pamotan


Hari jumat, 26 oktober 2018 aku dan semua teman-teman SMA N 1 PAMOTAN Akan melakukan pemberdayaan komunitas didesa sidorejo kecamatan pamotan Kabupaten rembang tepat pada pukul 14.00 kita sudah sampai di balaidesa sidorejo Untuk melakukan sebuah perencanaan agar kegiatan pemberdayaan komunitas berjalan dengan lancar . Setelah selesai saya tergabung bersama kelompok 7 dan kita pergi bersama dan kita mendapatkan tugas berada di daerah glodok desa Sidorejo. Dan tempat tersebut yang kami temui adalah sebagai berikut. 

1. JEMBATAN GLODOK 

Jembatan ini baru dibangun beberapa bulan yang lalu dan Akan digunakan untuk fasilitas penyebrangan warga.penyelesaian pembangunan jembatan ini kemungkinan akan selesai pada akhir tahun 2018.panjang jembatan tsb adalah sepanjang 12M. 

2. LADANG TOMAT



Ladang tomat ini adalah ladang yang berada disalah satu wilayah glodok desa sidorejo. 
Mengetahui tentang tomat, tomat adalah salah satu tanaman yang paling mudah Karena biaya perawatannya tidak terlalu mahal dan memiliki banyak khasiat. Tomat ini bisa dipanen setelah 3 bulan kemudian. 



Dan dijual 1 kilonya seharga Rp 1.500 Tetapi jika tomat ini sudah terserang oleh ulat, tomat ini bisa mati atau gagal panen. Dan cara mengatasinya dengan menyemprotkan susu ke tanaman tomat tsb. 

Narasumber: Khoirul Anwar (29th) 

3. SUMUR TUA 



Sumur tua ini berada wilayah glodok desa sidorejo di dekat salah satu rumah warga Yaitu didekat rumah mbah isnani.  Sumur ini dibangun pada tahun 1967 sumur ini merupakan sumber mata air yang ada di daerah glodok. 

4. TUKANG PIJAT 



Ibu romlah adalah salah satu tukang pijat yang ada di daerah glodok desa sidorejo Ibu romlah sudah menjadi tukang pijat selama 23 tahun. Dan penghasilan ibu romlah setiap ada pelanggan ialah tidak banyak yang ia dapat. Ibu romlah Mempunya 3 anak, 2 diantaranya masih bersekolah. 

Narasumber: Siti romlah

5. PETERNAKAN AYAM 







 Penulis adalah Fitri Eka Umaida, siswa SMA N 1 Pamotan
spacer

Membangun Desa Melalui Data Akurat


www.sidorejo.desa.id - Untuk mempercepat pembangunan desa, pengelolaan data menjadi hal yang penting. Data merupakan unsur utama yang menentukan tingkat kualitas kebijakan. Data yg baik akan menghasilkan rumusan bahan kebijakan yang baik.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Anwar Sanusi pada Rapat Koordinasi Sistem Pengelolaan Data dalam Pembangunan Desa di Hotel Amaroossa Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/5).

Terkait data desa, kata Anwar, sumbernya ada di hasil pendataan Potensi Desa (PODES) yang dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Namun ada jeda waktu, jadi tiap tahun ada kesulitan. Oleh sebab itu, bersama dengan BPS melakukan survei tiap tahun.

Lebih lanjut, Anwar mengatakan, bahwa perlu mengintegrasikan berbagai indeks. Baik yang dikeluarkan BPS, Bappenas, Kemendes PDTT, Kemdagri dan lain-lain, sehingga pada tahun 2020-2024 ada data bersama untuk mengambil keputusan terutama pada desa. Selain PODES, ada IDM dan IPD sebagai basis mengeluarkan prioritas penggunaan dana desa.

"Rancangan RPJMN 2020-2024 ada target 7.000 desa tertinggal dientaskan dan 3.000 desa mandiri diciptakan. Sebelumnya 5.000 desa tertinggal dientaskan dan 2.500 desa mandiri diciptakan. Kita harus betul-betul meyakinkan setiap intervensi yang kita laksanakan. Dana desa akan naik komitemen Rp 75 triliun hingga total Rp 400 triliun pada 2024. Kalau tidak dikawal akan jadi bom waktu. Itulah pentingnya kualitas data untuk memperbaiki kebijakan," ujarnya.

Ia melanr: jutkan, harus dari data yg akurat sehingga tiap memberikan rekomendasi kepada desa tersebut bisa masuk akal. Kemudian, bagaimana menghasilkan data yang bisa mencerminkan tingkat intervensi dari dana desa terhadap perubahan situasi yang ada di desa. Dengan data yang akurat, berbagai kegiatan akan tepat sasaran.

Sementara itu Advisor Mendes PDTT Roosary Tyas Wardani mengatakan pentingnya data untuk menunjang tepatnya sasaran suatu kegiatan. Ia mencontohkan, jika Musrenbangdesa melakukan suatu kegiatan, maka dengan data yang akurat jadi tahu persis kebutuhan dan problemanya.

"Kalau kita memberikan suatu aktifitas kegiatan harus terangkat, makanya data itu sangat penting. Data itu harus akurat, diambil oleh SDM yang berkualitas dan mumpuni, sistem pengambilan data yang tepat, dan ditunjang kecepatan tinggi," terangnya.

Dalam Undang-undang desa pasal 86 menyatakan bahwa desa berhak mendapat akses informasi melalui sistem informasi desa (SID), begitu juga dalam Permendes no 10 tahun 2015 pasal 11 ayat 3. Melihat pentingnya SID tersebut, dirinya menyarankan perlunya sosialisasi SID yang dilakukan para pendamping.

"SID saat sosialiasi dengan pendamping, sehingga SID menjadi modul pembelajaran, jadi ada transfer knowledge untuk pemerintahan desa, bisa juga dalam akademi desa," sarannya.

Di Kabupaten Bogor sendiri ada 261 desa belum menerapkan SID, 139 desa sudah menerapkan secara offline dan 16 dess sudah menerapkan secara online.

"Belum semua bupati melakukan SID, jadi data masih ujug-ujug. Jadi data sangat penting, yang mengumpulkan data harus benar. Pakai saluran metode pendataan yang ada seperti SID, sehingga bangun desa tepat sasaran," pesannya.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Biro Perencanaan Muhammad Rizal mengatakan masalah data menjadi penting untuk mendapatkan perkembangan pembangunan desa karena kekosongan data akan menyulitkan.

"Dengan adanya rapat koordinasi ini diharapkan bisa mensinkronkan antara pemerintah pusat, provinsi, pemkab, Prtides. Kabupaten Bogor punya komitmen regulasi sistem informasi d desa. Salah satunya desa percontohan melalui SIPBM (Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat) dari UNICEF," pungkasnya.

Rapat Koordinasi ini untuk membahas dan mengelola kebijakan tentang sistim pengelolaan desa. Yang dibahas terkait regulasi dan rumusan kebijakan. Kemudian FGD dalam bentuk aplikasi yg akan dilakukan pelakunya langsung.

Acara selain dihadiri pejabat Kemendes PDTT, dihadiri juga oleh pemda Bogor, PMD Jawa Barat, LPPM IPB, ITB, UNPAD, TA P3MD Provinsi Jabar dan Kab Bogor.

Sumber: https://www.kemendesa.go.id/view/detil/2869/pembangunan-desa-dimulai-dari-data-akurat
spacer

KH. A. Tamamuddin Munji Dan Bait As Syuffah: Membaca Kitab Kuning Melalui Metode Utawi Iki Iku


www.sidorejo.desa.id - Pesantren merupakan bagian dari sejarah Islam Nusantara, yang tidak bisa meninggalkan “kota santri” bernama Rembang. Hal senada, juga berdirinya Nahdlatul Ulama, adalah bagian dari sejarah pandangan Ulama yang memiliki geneologi keilmuan dengan lembaga pendidikan Islam di Kajen Margoyoso Pati dan Lasem-Sarang-Sedan-Pamotan Kab Rembang.

Tidak heran, jika lagu suasana di kota santri dibuat dari inspirasi keberadaan Rembang sebagai kota santri. Karenanya, jika membaca sejarah perkembangan pesantren, maka akan ditemukan sejarah Rembang yang pernah menjadi pusat pembelajaran santri Indonesia. Beberapa lokasi pesantren di Kab. Rembang yang mengisi sejarah pesantren, adalah Kota, Lasem, Sarang, Tuyuhan-lasem, Sedan, Njumput-pamotan.  Keenam titik kawasan ini melahirkan para alumni pesantren, yang kini telah menguatkan sejarah Islam Nusantara.

Karena keterbatasan ruang pembahasan kajian, maka tulisan ini hanya akan membatasi pembahasan pada kekhasan model pembelajaran santri di pesantren Njumput atau Bait As Syuffah An Nahdliyah. Mengapa Bait As Syuffah An Nahdliyah disebut pesantren Njumput? Hal ini karena didasarkan pada keberadaannya yang terletak di desa Njumput yang sekarang dikenal dengan desa Sidorejo Pamotan Rembang. Bait As Syuffah, adalah sebuah rumah yang berbeda dengan rumah pada umumnya. Ia menjadi tempat studi para santri mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddiin).

Rumah As Syuffah atau Bait As Syuffah, adalah petilasan Mbah Tamam mendiskusikan perkembangan yayasan yang beliau kelola (Al Falah), masyarakat, dan perkembangan NU. Semula tidak diperkirakan, jika rumah ini akan menjadi rumah para santri belajar tradisi keilmuan Islam Nusantara. Dari rumah ini, telah beredar luas karya penting tentang leluhur Mbah Tamam, yaitu Syekh Ahmad Al Mutamakkin, sebagai pelaku suluk dalam buku Suluk Kiai Cebolek. Buku Islam Geger Kendeng Dalam Konflik Ekologis Dan Rekonsoliasi Akar Rumput, juga hasil dari lingkar diskusi yang berkembang di Bait As Syuffah.

Rumah As Syuffah di isi oleh para santri yang datang dari luar Rembang dan lingkungan masyarakat Rembang. Selain santri, penulis mengelola Rumah As Syuffah ini, dibantu oleh pengasuh yang khusus menangani kajian kitab kuning (Kiai Muhaimin, seorang santri yang sejak kecil belajar dengan Mbah Tamam) dan dibantu seorang yang hafal Al Qur’an. Selain itu, juga atas dukungan sahabat dari Bogor, bernama Ustadz Abdul Aziz Effendy Al Haj. Di lingkungan rumah As Syuffah, juga ada Masjid, sekolah yang didirikan Mbah Tamam dan para santri yang menetap menjadi bagian dari masyarakat Njumput.

Geneologi Pesantren Njumput

Alasan rumah ini disebut dengan As Syuffah, karena letak bangunannya yang dekat dengan Masjid. Penggunaan nama “AsSyuffah” merujuk pada kisah Sahabat Syekh Maulana Abu Hurairah dalam sejarah Nabi Muhammad, ketika terjadi hijrah dari Makkkah ke Madinah, para sahabat tidak memiliki tempat tinggal, dengan dipimpin oleh Syekh Maulana Abu Hurairah, mereka ini tinggal di luar Masjid.

Mereka yang berada pada bangunan di luar masjid ini disebut generasi As Syuffah.
Karena bangunan dibelakang masjid ini tidak berpapan yang menunjukkan tulisan PP. Bait As Syuffah An Nahdliyyah, maka kebanyakan masyarakat dan wali santri menyebut Pesantren Njumput. Pesantren Njumput, seperti pesantren pada umumnya yang dinisbahkan kepada desa lokasi pesantren, seperti Kajen, Lirboyo, Tegalrejo, Langitan. Penulis mengembangkan pesantren ini dengan didasarkan pada sandaran keunikan dan kekhasan KH. A. Tamamuddin Munji mengkaji kitab kuning dengan mempertahankan metode yang sudah masyhur di lingkungan pesantren NU.
Hingga sekarang, belum ada penelitian pasti, siapa penemu metode ini, karena sudah berkembang luas seiring belum ditemukannya penemu metode utawi iki iku.
Belum ada satu tahun ini, rumah As Syuffah sering dijadikan santri Mbah Tamam, kegiatan masyarakat dan kegiatan NU. Hal ini yang diperkirakan menjadi perhatian masyarakat dan santri untuk belajar di rumah ini. Misalnya, kegiatan malam mingguan dan malam Seninan.
Sebagai seorang Ulama yang faqih dan Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah, Mbah Tamam memiliki sikap yang terbuka terhadap gerakan Islam dan perkembangan Masyarakat. Beliau juga pernah menjadi Rais Syuriyah NU Cabang Rembang, selama 2 periode 1998 – 2003 dan 2003 – 2008. Selain itu, juga Ketua MUI Kab. Rembang.

Perjuangan Mbah Tamam ini, sudah dimulai jauh sebelum di Rembang, yaitu sejak dari desa kelahiran asal geneologi Mbah Tamam, yaitu desa Kajen. Desa Kajen Pati ini, telah menjadi desa yang melahirkan para dzuriyah Syekh Ahmad Al Mutamakkin.

Mbah Tamam adalah cucu KH. Abdullah Ismail, pendiri pesantren pertama desa Kajen Pati, yang dulu dikenal dengan pesantren tengah, yang terletak dekat dengan Masjid Kajen. Mbah Ismail ini, telah mendampingi banyak para Kiai yang bergabung pada organisasi Nahdlatul Ulama. Karena Mbah Ismail, telah wafat muda di Makkah, sedangkan usia putra beliau (KH. Abdullah Munji) masih kecil, maka pesantren tengah yang didirikan oleh beliau, sempat mengalami kekosongan pengasuh.
Pada masa kepengasuhan Mbah Munji, Pesantren tengah sering di tinggal beliau untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat, untuk mengenalkan nilai Islam Nusantara maupun untuk melawan penjajah Belanda. Sama dengan sejarah sebelumnya, Mbah Munji wafat, sementara putra dan putri beliau masih kecil, sehingga pesantren mengalami kekosongan lagi, namun setelah KH. A. Fayumi dewasa, dengan penuh semangat melanjutkan kajian khazanah at turats dan melanjutkan pesantren tengah dengan nama baru, yaitu pesantren Raudlatul Ulum (PRU). Sekarang ini PRU dilanjutkan kedua putra beliau, KH. Muhammad Ismail dan KH. Abdullah Umar.

Bersamaan dengan kegigihan KH. A. Fayumi Munji Merintis kembali PP. Raudlatul Ulum. Kini, Pesantren Raudlatul Ulum berkembang pesat dalam pendampingan kedua putra beliau, bernama KH. Muhammad Ismail dan KH. Abdullah Umar. Bersamaan Mbah Fayumi merintis PRU, adik beliau, bernama KH. A. Tamamuddin Munji, juga merintis Pesantren Njumput Dan Yayasan Al Falah. Dari rintisan Mbah Tamam ini, telah berkembang Bait As Syuffah An Nahdliyah.

Kitab Kuning Dan Studi As Syuffah

Kitab kuning merupakan rujukan dan menjadi kajian penting di Pesantren Njumput atau Bait As Syuffah. Dalam kajian kitab menggunakan metode “utawi iki iku” atau “makna gandul” berbahasa Jawa. Setiap kata Arab, diberi arti dengan arab pegon. Dalam sub bab berikut akan dijelaskan simbol huruf yang berfungsi sebagai tanda terjemah per kata ini (tarkib). Adapun disebut kitab kuning, karena umumnya karya yang berusia tua, yang ditulis sejak abad pertengahan, dan ditulis dengan aksara Arab gundul atau tanpa harakat.

Dalam studi teks karya penting abad pertengahan ini, langsung penulis sampaikan kepada para santri, misalnya, kitab hadits Bukhari dan Muslim, Fathul Qarib, Fathul Muin, Fathul Wahhab, syarh Al-Hikam, Bidayatul Hidayah serta tafsir Jalalain.

Jadi, dalam pembacaan kitab kuning melalui metode “utawi iki iku”, secara otomatis para santri mempraktekkan kajian: nahwu-i’rab (sintaksis), sharaf (morfologi), kosa kata, dan penafsiran (interpretasi) terhadap teks. Sedangkan, metode gramatikal yang digunakan untuk menerjemahkan susunan teks, adalah bersifat khas, bahasa jawa.

Hal ini, bisa dibaca pada contoh berikut: Pertama, mubtada bersimbol (م), bermakna “utawi”, berfungsi untuk menjelaskan permulaan kata yang diberitakan. Kedua, khobar bersimbol (خ), bermakna “iku”, berfungsi untuk memberikan kategori yang melengkapi makna mubtada’. Ketiga, fa’il, bersimbol (سف) bermakna “sopo”, berfungsi untuk menunjukkan pelaku yang beraqal dari suatu pekerjaan. Keempat, “maf’ul bih”, bersimbol (مف) bermakna “ing”, berfungsi untuk menunjukkan pekerjaan fail jatuh padanya, baik berupa isbhat (positif) maupun nafi (negatif).

Kelima, “maf’ul li -ajlih”, bersimbol (ع) bermakna “kerono”, berfungsu untuk menunjukkan alasan suatu pekerjaan. Keenam, “maf’ul muthlaq”, bersimbol (مط) bermakna “kelawan” berfungsi untuk penegasan, penjelasan jenis atau jumlah fi’il. Ketujuh, “tamyiz”, bersimbol (تم) bermakna “apane”, berfungsi untuk menjelaskan kalimah sebelumnya yg samar. Kedelapan, “hal”, bersimbol (حا) bermakna “haleh”, berfungsi untuk menerangkan perihal (keadaan) atau perilaku Fa’il atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa’il dan maf’ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal.

Kesembilan, “badal” atau kata penyerta, bersimbol (بد), bermakna “rupane”, berfungsi untuk menggantikan kedudukan lafazh sebelumnya tanpa mempergunakan kata penghubung antara badal itu sendiri dengan kata yang diikuti. Contoh : كَانَ الحَلِيْفَةُ عُمَرُ عَاِدلأً (khalifah Umar adalah khalifah yang adil). Kesepuluh, “bayan“, bersimbol (ب), bermakna “bayane”, berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu perkara yang belum jelas بما فيه من الايات والذكر الحكيم.
Kesebelas, “zhorf”, bersimbol (ظ), bermakna “ing dalem” untuk menjelaskan posisi kata dalam kalimat. Keduabelas, “na’at/shifat”, bersimbol (ص), bermakna “kang”, berfungsi untuk menjelaskan posisi kata sebagai “na’at/shifat” dari kata yang disifati. Ketigabelas, “jawab” bersimbol (ج) bermakna “mongko”, berfungsi untuk menjelaskan posisi kata sebagai jawab. Keempatbelas, “nafi”, bersimbol (نف), bermakna “ora”, berfungsi untuk menjelaskan posisi kata sebagai peniada. Kelimabelas, “jamak”, bersimbol (ج), bermakna “piro-piro” untuk menjelaskan kuantitas kata.
Dari kelima belas hukum bacaan di atas, yang menjadi dasar sering mengawali kalimat bersusunan bahasa arab perspektif Utawi Iki Iku, adalah kata “utawi” yang menunjukkan sebagai bacaan “mubtada’”. Seringkali, kata yang menjadi mubtada’ini, diikuti Alif dan Lam istighraqiyah, bermakna “sekabehane” atau “seluruhnya”, yang mencakup semua jenis makna kata yang dilekati. Misalnya, pada kata “hamdun” yang dilekati “alif lam istighroqiyyah”, maka maksud puji (hamdun) bisa bermakna segala macam dan jenis puji”.

Adapun, kata yang berada sesudah Mubtada’, adalah kata khabar, bermakna “iku” —para kiai sering menambahkan kata sesudahnya dengan “tetep”. Dalam teori gramatikal, kata “tetep” ini di ambil dari “khobar mahdzuf muta’alliq” dengan “harf jarr” sesudahnya. Khobar mahdzuf itu boleh diperkirakan lafaz “istaqorro” atau “mustaqirrun”. Hal ini, bisa dilihat pada contoh kalimat “Alhamdlulillah”. Sebagai lanjutan, huruf “LAM” pada kata lillah, adalah “lam istihqoqiyyah”, berarti “kagungane”.
Demikian catatan singkat, khazanah Ulama’ Nusantara tentang model pembacaan kitab kuning dengan metode “Utawi Iki Iku”. Sebagaimana yang dipaparkan di atas, adalah metode yang sudah turun temurun di lingkungan tradisi pesantren, yang sulit disimpulkan: siapakah penemu motode ini? karenanya, tulisan ini hanya bersifat mengulas metode yang juga penulis terapkan di Pesantren Njumput atau Rumah As Syuffah.

Penulis: Ubaidillah Achmad, penulis Suluk Kiai Cebolek, Islam Geger Kendeng, Khadim PP. Bait As Syuffah An Nahdliyah.

Sumber: https://www.arrahmah.co.id/2018/02/10572/kh-a-tamamuddin-munji-dan-bait-as-syuffah-membaca-kitab-kuning-melalui-metode-utawi-iki-iku.html 
spacer

Menyusuri Jejak Mbah Tamam, Seri Tokoh Desa Sidorejo


www.sidorejo.desa.id - Namanya mungkin tak setenar kiai-kiai besar yang sering keluar masuk televisi. Tetapi, bagi umat Islam yang suka berziarah ke Syekh Achmad Al Mutamakkin di Desa Margoyoso, Kajen Pati, Jawa Tengah, sosok yang satu ini tak asing lagi. Beliau sering memimpin tahlil dan doa saat Haul Mbah Mutamakkin. Ialah KH A Tamamuddin Munji alias Mbah Tamam.

Rabu, 29 Maret 2017, beliau menghadap Sang Khaliq, Allah swt. Ribuan masyarakat Rembang memadati Desa Sidorejo, sepanjang jalur utama Pamotan-Rembang dan Pamotan-Gunem arah menuju ndalem KH A Tamamuddin Munji, berderet para pentakziah.

Pada hari itu, kita kehilangan seorang ulama kharismatik, yang gigih menjaga tradisi pesantren dan marwah prinsip ajaran ulama di lingkungan NU. Mbah Tamam yang dikenal memiliki jalur kenasaban dengan Syekh Achmad Al Mutamakkin, itu sudah lama, setiap buka selambu Haul Syekh Achmad Al Mutamakkin, sering ‘didaulat’ untuk memimpin tahlil dan doa.

Kepergian Mbah Tamam meninggalkan banyak jejak yang patut dicatat dan diteladani. Ribuan pelayat mengantarkan kepergiannya. Bahkan saking banyaknya umat yang ingin mensalati jenazah beliau, sampai-sampai sulit untuk dihentikan. Dengan terpaksa keluarga harus memutuskan segera diberangkatkan ke pemakaman karena sudah menunggu sejak pukul 16.00 hingga 21.00 wib. Begitu diistirahatkan di pesarean, hingga subuh masih banyak pelayat yang salat jenazah sampai larut malam. Mereka benar-benar diselimuti rasa duka karena kepergian Mbah Tamam.

Pada saat KH A Musthafa Bisri mewakili keluarga menyampaikan kesaksian (tasyahud) yang diikuti ribuan pelayat, banyak takbir berkumandang, mereka bersamaan memberikan kesaksian kepada Kiai Tamam. Penuh haru, terasa begitu cepat kembalinya seorang ulama di hadapan ar-Rahman.

KH Achmad Tamamuddin Munji adalah salah satu diantara ulama Rembang yang sudah banyak memberikan kenangan pendampingan kepada masyarakat. Selain istiqamah merawat majelis selapanan, pengajian bulanan di Rembang, beliau gigih mempertahankan model pembelajaran tradisi pesantren dengan sistem salafiyah. Model yang kini dirindukan kembali di tengah masyarakat transisional dari agraris menuju industrialisasi.

Selama ini Mbah Tamam masih tetap bertahan dengan model kajian kitab kuning, model kajian kitab klasik abad pertengahan yang bersumber dari madzhab empat, menguatkan pada salah satunya, seperti Madzhab Syafi’i. Selain itu, dalam ilmu kalam merujuk pada konsep dan sanat asy’arian. Model ini, yang telah diwasiatkan kepada para santri untuk teguh menjaganya guna menghadapi setiap perkembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan, dalam bidang tasawuf merujuk keilmuan Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazzali.

Menjaga Marwah Pendampingan Sosial

Mbah Tamam gigih menjaga prinsip kebenaran, pembebasan dan pencerahan yang mencerahkan umat. Misalnya, beberapa keputusan yang terkait dengan kemaslahatan umat, beliau tetap gigih menjaganya. Karenanya, meskipun subjek dampingan Mbah Tamam berbeda dengan keluarga dan orang orang terdekat, beliau tetap memilih perspektif kebenaran yang telah diteguhkan kepada subjek dampingan. Fenomena ini, selain membuat lega subjek dampingan berhadapan dengan pihak yang merasa dekat dengan Mbah Tamam.

Tentu saja, tidak mudah menghadapi orang orang terdekat yang berbeda, namun karena sifat keteguhan Mbah Tamam, justru membuat santri, alumni, jamaah dan masyarakat percaya penuh pandangan dan sikap keberpihakan Mbah Tamam kepada prinsip kebenaran.

Hal yang sama ditegaskan oleh Mbah Mustafa, panggilan akrab KH A Mustofa Bisri, bahwa kehadiran Kiai Tamam turut menguatkan sikap umat Islam untuk turut menandai prinsip kebaikan dan kelangsungan risalah kenabian yang disyiarkan melalui pribumisasi Islam Walisongo dan para sesepuh tradisi pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Pada hari senin, 03 April 2017, bertepatan dengan hari ketujuh wafat KH A Tamamuddin Munji, Gus Qayyum, panggilan akrab KH A Qayyum Mansyur, yang juga masih saudara Mbah Tamam, dari jalur kenasaban Syekh Ahmad Al Mutamakkin menegaskan, bahwa Mbah Tamam termasuk seorang ulama yang gigih melakukan nasyrul ‘ilmi (pengembangan Ilmu) sejak di Kajen di Madrasah Mathaliul Falah Kajen.

Selain itu, jika dibaca dari kisah perjalanan dakwah Mbah Tamam hingga ke Rembang, sebelum ke Rembang, bertepatan dengan berdakwah di Desa Sidorejo, Pamotan, Rembang, Kiai Tamam juga sudah memberikan pendampingan keagamaan di Kajen Margoyoso Pati yang menjadi basis lingkungan Pesantren Raudlatul Ulum.

Pesantren Raudlatul Ulum, adalah pesantren pertama di Kajen dari garis Syekh Ahmad Al Mutamakkin yang pernah mengalami transisional dan berkembang lagi sejak diteruskan kakak KH A Tamamuddin Munji, yang bernama KH A Fayumi Munji, sekarang diteruskan KH A Ismail Fayumi dan KH Abdullah Umar Fayumi.

Kisah unik Mbah Tamam, sebagaimana dikisahkan oleh putra beliau, Ubaidillah Achmad. Menurut Dosen UIN Walisongo Semarang ini banyak hal yang unik terkait beliau. Pertama, setelah dirinya selesai studi S2 UIN Walisongo, Gus Ubaid mencoba terjun di partai politik (PKB era Gus Dur) di Kab Rembang. Dalam kiprah politik ini, baik secara struktur dan kultur, basis massa luar biasa, ada tempat yang strategis secara hitam putih. Namun demikian, tidak dalam perspektif Mbah Tamam. Beliau justru menolak Gus Ubaid terjun ke dunia politik. Sebagaimana alasan Mbah Tamam, beliau ingin Gus Ubaid berada di tengah masyarakat bebas dari kepentingan politik praktis. Dengan demikian, bisa lebih leluasa memberikan dampingan kepada masyarakat. Dan benar, sekarang baru terasa bahwa arahan beliau sangat tepat.

Kedua, Mbah Tamam merupakan sosok yang hati hati dan menghindari sikap mengedepankan kepentingan pribadi dan keluarga. Misalnya, pernah terjadi rapat pengurus masjid Desa Sidorejo yang mengusulkan agar salah satu putranya memberikan khatbah jumat di Masjid Al Mubarak Desa Sidorejo. Mendengarkan usulan ini, Mbah Tamam menolak tegas dan memilih tokoh yang lebih mumpuni, baik dari segi usia dan kiprahnya di masyarakat. Ini menunjukkan, Mbah Tamam tidak memandang kedekatan keluarga sebagai orang yang harus dipercaya untuk mengganti peran pendamping beliau.

Dan, ketika ada salah satu santri alumni bertanya, mengapa tidak menunjuk putranya? Jawaban beliau semua akan kembali kepada masyarakat dan kemanfaatan pendampingan yang dirasakan masyarakat akan berdampak langsung kepada setiap orang. Dengan demikian, seseorang tidak perlu mempromosikan anak sendiri, karena akan kembali kepada kemanfaatan seseorang di tengah subjek dampingan.

Ketiga, pernah ada salah satu dari alumni menceritakan tentang respon positif masyarakat terhadap putra Mbah Tamam, Mbah Tamam spontan tidak meresponnya dan mengalihkan tema perbincangan mengarah pada tema yang lain. Sosok kiai yang satu ini dikenal pantang menerima pujian.

Tak kalah unik selama berkiprah tidak pernah sekali pun mempromosikan putranya untuk mendaftarkan diri, apalagi berebut kursi kekuasaan. Karena netralitas Mbah Tamam dari kepentingan politik ini, justru memposisikan beliau pada tingkat yang tinggi di masyarakat, baik dalam konteks agama, budaya, politik bahkan kepada masyarakat yang tidak sejalan.

Dalam konteks sosial keagamaan, KH A Tamamuddin Munji pernah menjabat sebagai Rais Syuriah NU dan Ketua MUI Kabupaten Rembang. Semangat beliau mengawal institusi sosial ini sejalan dengan semangat mengawal kultur keagamaan masyarakat nahdliyyin.

Menjaga Marwah Nahdlatul Ulama

Komitmen Mbah Tamam mengawal Nahdlatul Ulama, sebagaimana yang sering ditegaskan kepada santri dan jamaah, karena NU merupakan salah satu organisasi yang sejak berdiri, telah gigih mengawal pribumisasi Islam di tengah tradisi dan budaya masyarakat nusantara. Yang sekarang ini visi pergerakan NU lebih dikenal dengan istilah visi membangun peradaban Islam Nusantara.

Dari catatan alumni, beliau gigih memperjuangkan visi dan Misi NU, karena NU merupakan wadah umat Islam yang masih menjaga ilmu para ulama abad pertengahan yang merujuk pada prinsip ajaran Alquran, Hadits, Ijma dan Qiyas. Prinsip ini merupakan prinsip ajaran Islam yang bersumber dari pandangan ulama fiqh dari madzhab empat, ulama Asy’ariyah dan Ilmu Tasawuf Al Ghazaliyah.

Kepada beberapa alumni yang telah belajar dan bekerja di kota besar, Mbah Tamam selalu berpesan, agar tetap menjaga prinsip pemikiran yang dipertahankan di lingkungan tradisi pesantren salafiyah dan NU. Hal yang sama juga beliau tegaskan di beberapa pengajian majelis selapanan di hampir seluruh desa di Kecamatan Pamotan dan Gunem Kabupaten Rembang. Prinsip keagamaan yang diajarkan di majelis selapanan ini mengacu pada sumber rujukan yang tetap berpegang pada kitab karya ulama klasik yang menjadi rujukan Nahdlatul Ulama.

Majelis selapanan ini dibentuk Mbah Tamam melalui perintah dari KH Abdullah Hafidz (Ayahanda KH Wahab Hafidz) dan KH Bisri Musthafa (Ayahanda KH. A. Musthafa Bisri). Jadi, majelis selapanan ini sudah berlangsung sejak Guru Besar Ulama NU, yaitu KH Bisri Musthafa dan KH Abdullah Hafidz. Kehadiran KH A Tamamuddin Munji di Rembang didasarkan pada komitmen mengikuti jejak ulama NU, seperti jejak keilmuan yang diajarkan oleh KH Bisri Musthafa dan KH Abdullah Hafidz.

Hingga sekarang, majelis selapanan ini masih berlangsung di dua kecamatan yang langsung melibatkan pengurus Fatayat dan Muslimat NU. Sebelum KH A Tamamuddin Munji wafat, dua bulan sebelumnya sudah memberikan isyarat kepada putra beliau, yang bernama Ubaidillah Achmad (Gus Ubaid), bahwa beliau tidak lama akan memenuhi panggilanNya. Bersamaan dengan isyarat ini, beliau berpesan agar Gus Ubaid bersabar mendampingi putra beliau yang terakhir, bernama Humam Najah (Gus Humam).

KH Muad Thahir, pada saat menghadiri peringatan tiga hari wafat KH A Tamamuddin Munji, berkisah kembali kepada keluarga, bahwa Kiai Muad pernah menerima pesan Mbah Tamam, agar dicarikan pengganti pembawa bacaan tahlil pada acara haul Syekh Ahmad Al Mutamakkin, yang sejak KH Sahal Mahfudz sudah sering dipimpin oleh Mbah Tamam.

Selain itu, sehari sebelum wafat, Mbah Tamam dawuh kepada Gus Humam, “Ini sudah saatnya sabar dan ikhlas.” Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, sugeng kundur Mbah Tamam bersama Syekh Ahmad Al Mutamakkin. Semoga Allah swt. memberikan kekuatan kepada generasi penurus untuk mengikuti jejak Panjenengan. Amin.

Sumber: https://duta.co/menyusuri-jejak-mbah-tamam-kiai-pantang-pujian-tak-pernah-tergiur-gemerlapnya-politik/ 
spacer